Curah Hujan Ekstrem Di Kabupaten Sukabumi

Pengaruh Madden Julian Oscillation Terhadap Kejadian Curah Hujan Ekstrem Di Kabupaten Sukabumi

MJO umumnya berkembang dan dominan terlihat di wilayah Samudera Hindia bagian Selatan menuju ke arah Timur, hingga melewati wilayah Australia dan sampai di Samudera Pasifik bagian barat. MJO merupakan pemicu awan konvektif yang luas dan hujan yang menjalar ke arah timur di sekitar ekuator pada interval antara 30-60 hari. Pengaruh terjadinya penjalaran MJO yang berdampak terhadap curah hujan ekstrem di wilayah Indonesia penting untuk di analisis sebagai awal pola kajian untuk operasional sehari-hari.


Salah  satu  cara  untuk  mendeteksi MJO adalah dengan menganalisis fasenya menggunakan Diagram Hovmoller, pada umumnya siklus MJO di bagi dalam 8 Fase 

Beberapa unsur yang dapat digunakan menganalisis MJO berupa angin Zonal lapisan 850 mb dan 200 mb, Sea Surface Temperature (SST), liputan awan hujan dan Outgoing Longwave Radiation (OLR). Analisa pola angin pada MJO menggunakan angin Zonal lapisan bawah (850 mb) dan angin lapisan atas (200 mb).

Dampak Penjalaran MJO Gloabal Saat BBU Musim Panas

Dampak Penjalaran MJO Global Saat Di BBU Musim Dingin

Gelombang Kelvin memiliki peran yang sangat penting dalam dinamika atmosfer tropis. Gelombang ini diduga sebagai sebagai pemicu terjadinya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).


Berdasarkan diagram simpangan OLR  pada bulan November 2017 dan Januari 2018, teridentifikasi berada pada fase 3 – 4. Analisis yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut: 

1. Pada akhir November 2017 (tanggal 25 November 2017) terlihat mulai di daerah Sumatera, bergerak ke arah timur pada tanggal berikutnya. Intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 28 – 29 November 2017, Pada pertengahan Januari curah hujan kurang signifikan di wilayah Indonesia

2. Perbedaan akumulasi curah hujan tersebut terjadi karena perbedaan kondisi suhu muka laut. Pada bulan November 2017 kondisi SST masih hangat


3. Pada bulan Januari 2018 kondisi SST terutama di Samudera Hindia mendingin, sehingga kondisi ini kurang mendukung terhadap aktifitas MJO dan curah hujan di Indonesia.


Dari hasil analisis pada penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa :
1. MJO dan gelombang tropis merupakan bentuk osilasi di lapisan atmosfer bawah (850 mb), dan bagian peredaran udara global di sekitar kawasan tropis.
2. Analisis dan identifikasi aktifitas MJO ini umumnya dilakukan dengan pengamatan angin zonal pada lapisan bawah (850 mb), dan lapisan atas (200 mb) dan simpangan data radiasi balik matahari (OLR).
3. Fase MJO kuat yang berpengaruh terhadap hujan ekstrem di wilayah kabupaten Sukabumi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari.




















Post a Comment for "Curah Hujan Ekstrem Di Kabupaten Sukabumi"

close